The Urgency of Reconstructing Indonesia's Justice System Towards  Recognition of Customary Justice Institutions

Stefany Ismantara

doi:10.58812/wslhr.v1i04.318

Authors

Stefany Ismantara Universitas Tarumanagara

DOI:

https://doi.org/10.58812/wslhr.v1i04.318

Keywords:

Reconstruction, Justice system, Customary law, Customary court, Indigenous people

Abstract

The 1945 Constitution acknowledges and protects the existence of indigenous communities. However, the existence of customary court has been abolished through Emergency Law No. 1/1951, and its legal authority is still not recognized to this day. This creates ambiguity in the administration of the justice system. Therefore, an assessment of the urgency of reconstructing Indonesia's justice system to achieve recognition of customary justice institutions is needed. In addressing this, there is a need to answer the issues concerning customary court and how the state can reconstruct the justice system. The author employs a normative legal research method with a qualitative and case study approach through literature review. Through this method, it is found that non-binding legal force of customary court decisions leads to negative consequences for indigenous people and customary law itself. Therefore, a strong legal framework is required through the enactment of the Indigenous Community Bill. Collaboration between law enforcement and indigenous people is also essential in resolving indigenous cases.

References

Mohammad Jamin, “Peradilan Adat, Pergeseran Politik Hukum, Perspektif Undang-Undang Otonomi Khusus Papua,” Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014, p. 143.

I. Subihat, “Sistem Peradilan di Indonesia Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945,” 2004.

S. Isra, “Peran Mahkamah Konstitusi dalam Penguatan Hak Asasi Manusia Di Indonesia”, Jurnal Konstitusi, vol. 11, no. 3, pp. 409–427, May 2016. [4] 2, “2”.

Putu Dodi Darmawan, “Peradilan Adat dan Arti Penting Peradilan Adat Bagi Masyarakat Hukum Adat Bali,” Sabda Justitia, vol. 2, no. 1, pp. 1–10, Feb. 2022.

Hj. Muskibah, “Kedudukan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum Indonesia,” https://www.metrojambi.com/kolom/13528319/Kedudukan-Hukum-Adat-Dalam-Sistem-Hukum-Indonesia.

Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951 tentang Tindakan-Tindakan Sementara untuk Menyelenggarakan Kesatuan Susunan Kekuasaan dan Acara Pengadilan-Pengadilan Sipil. Indonesia.

Ketut Sudantra, Pengakuan Peradilan Adat dalam Politik Hukum Kekuasaan Kehakiman. Denpasar: Swasta Nulus, 2016.

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Indonesia.

R. Simarmata, “Kedudukan dan Peran Peradilan Adat Pasca-Unifikasi Sistem Peradilan Formal,” Undang: Jurnal Hukum, vol. 4, no. 2, pp. 281–308, Nov. 2021, doi: 10.22437/ujh.4.2.281-308.

M. Ridwansyah, “Mewujudkan Keadilan, Kepastian dan Kemanfaatan Hukum dalam Qanun Bendera dan Lambang Aceh”, Jurnal Konstitusi, vol. 13, no. 2, pp. 278–298, Aug. 2016.

Khairul Riza, Irpan Husein Lubis, and Nicha Suwalla, “Kepastian Hukum Terhadap Putusan Peradilan Adat Aceh Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Pencurian,” Jurnal Ilmiah Hukum dan Hak Asasi Manusia, vol. 2, no. 1, p. 44, Dec. 2022.

I.G.N Sugangga, “Peranan Hukum Adat Dalam Pembangunan Hukum Nasional,” in Diponegoro University Press, Semarang, 2006, pp. 33–34.

Taufiq Yulianto, “Keadilan Restoratif (Restorative Justice) Sebagai Alternatif Penyelesaian Perkara Tindak Pidana,” Orbith, vol. 19, no. 2, pp. 154–159, Jul. 2023.

Budi Suhariyanto, “Problema Penyerapan Adat Oleh Pengadilan dan Pengaruhnya bagi Pembaruan Hukum Pidana Nasional,” Mimbar Hukum, vol. 30, no. 3, pp. 421–436, Oct. 2018.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Indonesia.

M. Ardiansyah and R. Azima, “Application of Customary Law in The Justice System in Indonesia”, Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Palangka Raya, vol. 8, no. 1, pp. 245-259, Jun. 2023.

A. P. Buana, “Hakikat dan Eksistensi Peradilan Adat di Sulawesi Selatan”, Journal of Indonesian Adat Law, vol. 2, no. 1, Apr. 2021.

Adeb Davega Prasna, “Tinjauan Lembaga Peradilan Adat Minangkabau Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia (Kajian Terhadap Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2018 Tentang Nagari Di Provinsi Sumatera Barat)”, Humantech: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Indonesia, vol. 2, no. 2, pp. 427–437, Feb. 2022.

Masril and Ade Kosasih, “Keberlakuan Asas Ne Bis In Idem terhadap Putusan Pengadilan Adat Dalam Tata Hukum Indonesia,” AL-IMARAH: Jurnal Pemerintahan dan Politik Islam, vol. 4, no. 1, p. 51, Feb. 2019.

Sovia Hasanah, “Sudah Dipidana Secara Adat, Dapatkah Dipidana Lagi Berdasarkan Hukum Nasional?,” https://www.hukumonline.com/klinik/a/sudah-dipidana-secara-adat--dapatkah-dipidana-lagi-berdasarkan-hukum-nasional-lt57dd96e1ea96c/#.

Sebastiaan Pompe, Noor Cholis, Arsil, Dian Rosita, and Nur Syarifah, “Runtuhnya Institusi Mahkamah Agung.” Lembaga Kajian dan Advokasi untuk independensi Peradilan, Jakarta, p. 605, 2012.

Partai Nasional Demokrat, “Urgensi dan Pokok-Pokok Pengaturan Penyusunan Rancangan Undang-Undang Masyarakat Hukum Adat,” Dewan Perwakilan Rakyat.

Muhammad Satriyo Mandiri, Farell David Trawocoadji, Muhammad Gehan fadhilla, Farel Arif Al Jibran, and Ariel, “Urgensi Undang-Undang tentang Masyarakat Hukum Adat”, Civilia, vol. 2, no. 3, pp. 210–220, Jul. 2023.

Rancangan Undang-Undang tentang Masyarakat Adat. Indonesia.

Azizah, “Selama Tahun 2022, 20.861 Perkara Berhasil Didamaikan Melalui Proses Mediasi,” https://www.mahkamahagung.go.id/id/berita/5669/selama-tahun-2022-20861-perkara-berhasil-didamaikan-melalui-proses-mediasi#:~:text=Beban%20perkara%20tahun%202022%20sebanyak,tahun%202021%20sebanyak%2061.310%20perkara.

Orien Effendi, “The Challenge of Indonesian Customary Law Enforcement in the Coexistence of State Law,” Asy-Syir’ahJurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum, vol. 56, no. 1, p. 182, Jun. 2022.

Herlambang P. Wiratraman, “Perkembangan Politik Hukum Peradilan Adat,” Mimbar Hukum, vol. 30, no. 3, pp. 490–505, Oct. 2018.

La Syarifuddin, “Sistem Hukum Adat Terhadap Upaya Penyelesaian Perkara Pidana”, Jurnal Risalah Hukum, vol. 15, no. 2, pp. 1–10, Dec. 2019.

Apriadi Gunawan, “PPMAN Gandeng Organisasi Profesi Pengacara untuk Membela Masyarakat Adat,” https://www.aman.or.id/news/read/ppman-gandeng-organisasi-profesi-pengacara-untuk-membela-masyarakat-adat.